Tak ada yang menarik, jika Anda tidak merasa tertarik

Jumat, 04 Maret 2011

Qadhafi Ancam Jadikan Libya Neraka


TEMPO Interaktif, Tripoli - Tentara pro-pemimpin Libya, Muammar Qadhafi, melancarkan serangan udara ke Kota Brega kemarin. Walaupun mereka gagal menguasai kota kaya minyak itu, serangan ini diklaim berhasil menggerakkan pendukung Qadhafi ke Libya timur untuk pertama kalinya sejak daerah itu jatuh ke tangan pembangkang. Sehari sebelumnya di kota itu terjadi bentrokan antara kubu loyalis dan pemberontak. Empat belas orang tewas.

Militer yang setia kepada Qadhafi kemarin juga membombardir Kota Ajdabiyah, yang diduduki kelompok pembangkang. Para pembangkang dilaporkan melakukan perlawanan sengit dengan tank yang mereka rebut sebelumnya dari tentara pemerintah.

Mahkamah Kejahatan Internasional, yang bermarkas di Den Haag, Belanda, kemarin mengeluarkan maklumat bahwa ada sekitar 10-15 petinggi Libya yang akan diselidiki dalam kaitan dengan aksi-aksi kejahatan melawan kemanusiaan. "Kami sedang melakukan investigasi," ujar Ketua Mahkamah Luis Moreno-Ocampo.

Presiden Venezuela Hugo Chavez kemarin kembali menawarkan diri menjadi penengah. "Komunitas internasional sebaiknya menjauhi pendekatan militer," tuturnya, seraya menuduh Amerika Serikat ikut memanaskan situasi.

Namun Dewan Pemerintah Libya menolak inisiatif damai yang diprakarsai Presiden Chavez, kendati Liga Arab mengatakan sedang mempelajari usul itu. "Qadhafi tak setuju dengan proposal tersebut," kata Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa. Jika hal itu disetujui, pasukan perdamaian bisa masuk menengahi konflik bersenjata di Libya itu.

Di televisi, Qadhafi, 68 tahun, kembali mengatakan akan terus berperang melawan pembangkang. "Perang ini akan sangat, sangat lama," ujarnya. "Andaikata Amerika atau Barat ingin masuk ke Libya, mereka harus tahu bahwa (perang) ini akan jadi neraka dan lautan darah. Lebih buruk dari Irak."

Di perbatasan, antrean sekitar 15 ribu pengungsi mengular di sekitar Kamp Choucha, yang berjarak 7 kilometer dari pos perbatasan Ras Jedir, Tunisia. "Kami berusaha memindahkan 5.000-6.000 orang saban hari," kata Kolonel Dokter Mohammad Essoussi dari Tunisia. Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) ikut membantu mengurusi pengungsi.

Lebih dari 100 ribu jiwa telah mengungsi dari Libya, dan lebih dari seribu orang tewas maupun terluka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOTAK ADUAN KOMENTAR