Tak ada yang menarik, jika Anda tidak merasa tertarik

Kamis, 10 Februari 2011

Ketika Cinta Menangis di Mesir, Refleksi dari Sebuah Konflik

Oleh : Ahmad Parmonangan

Bila kita membaca novel Ayat - Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih karangan Habi burrahman El Shirazy kita begitu larut dengan cerita yang terjadi dan begitu terpesona dengan setting kota Kairo yang tergambarkan dalam novel tersebut.

Gambaran kota-kota Mesir begitu indah sebab kisah-kisah yang dituliskan oleh sang pengarang terinspirasi secara langsung saat sang pengarang di sana melanjutkan pengembaraan intelektualnya di Universitas Al-Azhar, Kairo. Cerita cinta yang dahsyat hingga mem buat para pembaca bisa meneteskan air mata dengan kisah kedua novel laris tersebut.

Namun bila kita sekarang melongok pada Mesir yang terceritakan pada kedua novel tersebut juga air mata yang turun mengalir di pelupuk mata. Mesir yang indah dengan peninggalan kebudayaan masa lalu itu kini porak poranda oleh situasi politik yang terjadi disana. Masyarakat Mesir turun ke jalan menuntut pemimpin mereka Hosni Mubarak yang tidak lagi dipercaya setelah sekian lama berkuasa. Masyarakat sudah tidak lagi percaya dengan kepemimpinan rezim Mubarak setelah 30 tahun berkuasa dan sekarang hanya meninggalkan jurang teramat dalam antara yang berpunya dan tidak berpunya. Kemiskinan bertambah, pengangguran meningkat dan korupsi pejabat merajelala. Konflik ini dipacu atas keberhasilan rakyat Tunisia menurunkan Rezim Presiden Tunisia Zine al-Abidine dan para kroninya.

Aksi membakar diri oleh Mohamed Bouazizi di depan kantor gubernur karena dagangannya disita oleh polisi setelah mengadu kepada gubernur untuk bertanya mengapa polisi belum juga mengembalikan gerobaknya. Tindakan Bouazizi membuat dia menderita luka bakar parah. Namun, rakyat di seantero Tunisia marah. Sepanjang akhir pekan selanjutnya, massa berdemo dan menjarah.

Cerita pembakaran dan demonstrasi serta penjarahan ini segera menjadi inspirasi bagi masyarakat sejumlah Negara terutama di Mesir. Cuma kurang dua bulan revolusi di Tunisia telah merembet ke sejumlah Negara Magribi dan Timur Tengah. Aksi ini semakin marak menyebar di dunia internet melalui Facebook, blog, dan Twitter setelah media massa dibungkam pemerintah.

Kabut kelam sedang menyelimuti perpolitikan di negeri Mesir dan bila rakyat disana juga berhasil menurunkan Presiden mereka kabut itu akan semakin membesar dan bergeser ke negara-negara lain senada dengan situasi yang dialami para setiap rakyat di belahan Negara mana pun terkecuali pemimpin di Negara tersebut bisa mengantisipasi dan bisa sejalan dengan pikiran rakyatnya.

Tak ada yang diinginkan mereka melainkan perubahan di negaranya dan perbaikan nasib mereka. Di Mesir, para demonstran meyakini perubahan itu hanya terwujud jika Presiden Hosni Mubarak mundur dan ada pergantian kepemimpinan. Hingga saat ini masa depan Mesir menjadi serba tak pasti dan bila Mubarak rela untuk turun chaos, kelumpuhan ekonomi, kekacauan politik dan perdamaian kawasan menjadi tantangan Negara Mesir selanjutnya.

Imbas Bagi Indonesia

Gejolak yang terjadi di Mesir mau tidak mau akan turut mempengaruhi situasi di Negara kita. Dan pemerintah dengan cepat mengantisipasi situasi yang terjadi dengan menyelamatkan warganya yang bermukim di sana. Para pelajar dan pekerja segera mendapat prioritas dari pemerintah agar segera dievakuasi dari Mesir dengan menyediakan pesawat angkut komersil.

Keberadaan status para pelajar yang menuntut ilmu di sana semakin tidak jelas akan keberlangsungan studi mereka nantinya. Mesir merupakan tujuan para pelajar Indonesia untuk menuntut ilmu terutama bidang agama. Perguruan tinggi Universitas Al-Azhar, Kairo sudah menjadi institusi pendidikan yang dipercaya sejak lama oleh beberapa lembaga pendidikan agama di Indonesia sebagai tujuan selanjutnya.

Para pekerja yang pulang kembali pun akan mengalami nasib yang tidak jelas dengan kehidupan mereka. Butuh waktu lama bagi mereka untuk memulihkan mental dan psikologis mereka untuk kembali siap mencari kerja.

Kerjasama di bidang ekonomi yang selama ini telah terjadi antara Indonesia dengan Mesir juga akan mengalami hambatan bahkan bisa terputus habis. Hal ini akan berdampak bagi para pelaku usaha yang selama ini telah terjalin dengan baik dan hal ini akan mengakibatkan mandegnya roda perusahaan yang telah menghidupi para pekerja yang bergerak di berbagai sektor.

Hal ini semakin tidak jelas bila kerusuhan di Mesir bisa berlangsung lama atau kisah di sana berakhir dengan nasib tak jelas. Hal ini juga telah memukul kondisi harga minyak dunia ke level yang lebih tinggi dan hal ini tentunya akan membebani keuangan pemerintah. Dan lagi-lagi bila pemerintah membuat kebijakan menyangkut mengenai minyak banyak hal yang perlu dipertimbangkan.

Kerjasama di bidang agama dan budaya pun akan terhenti dengan sendirinya dimana selama ini pihak yang terkait telah saling mendapat manfaat yang sangat baik dalam memajukan kedua bidang tersebut. Mesir dikenal sebagai Negara yang sangat akur dengan Indonesia dikancah Internasional dan hubungan ini pun sudah seperti teman yang sangat akrab karena Mesir adalah Negara yang juga awal mengakui kemerdekaan Indonesia.

Situasi panas perpolitikan di Mesir juga bisa menjadi inspirasi tersembunyi bagi kalangan di tanah air yang tidak puas dengan kinerja pemerintah lalu mencoba mengadopsi dengan cara lain tapi dengan spirit momentum yang sama. Hal ini harus diantisipasi oleh pemerintah agar lebih bekerja lebih baik dan betul-betul pro ke rakyat dan tidak melukai perasaan rakyat.

Hal lain yang memicu kemarahan rakyat Mesir adalah kegagalan pemerintah mengatasi lonjakan harga-harga pangan dan kebutuhan pokok rakyat. Situasi pertanian yang tidak menentu akibat siklus tahunan telah membuat cuaca tidak menentu hingga banyak hasil panen yang tidak semestinya.

Ini juga terjadi di Negara kita dimana harga-harga kebutuhan bahan pokok juga sering melonjak tajam dan semestinya pemerintah dan berbagai pihak bisa bekerjasama untuk menanggulangi hal ini sebelum hal ini menjadi bibit kemuakan di hati rakyat karena persoalan substansial urung dilakukan sehingga pada puncaknya mereka kalap dan menghadapinya dengan cara yang salah.

Kita masih ingin melihat Mesir kembali aman dan damai sedamai alur sungai Nil mengalir sebagaimana dalam novel Ayat-Ayat Cinta diceritakan banyak penduduk Mesir menikmati waktu mereka di tepian sungai menikmati senja sambil menikmati kesegaran teh khas Mesir sambil membayangkan puisi cinta yang terindah untuk dituliskan di buku harian masing-masing.

Dan mudah-mudahan catatan kelam di buku-buku harian mereka mulai esok dan seterusnya bisa berakhir dan berganti tema yang lebih baik. Dan mereka kembali ke kehidupan yang normal, kembali menjaga dan merawat indahnya peninggalan masa lalu, khasanah ilmu pengetahuan klasik dan nyanyian padang pasir yang membangkitkan minat pada kehidupan.

Untuk kembali mengenang keindahan Mesir yang terlukiskan tidak ada salahnya kita hanyut kembali sejenak pada kisah novel Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih semoga cinta yang kini bersedih di Mesir kembali terlupakan sejenak sambil kita berdoa semoga Mesir kembali menjadi Negara yang turut membangun kembali peradaban dunia. ***

Penulis adalah Budayawan sekaligus Pemerhati masalah Internasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOTAK ADUAN KOMENTAR