Tak ada yang menarik, jika Anda tidak merasa tertarik

Sabtu, 18 Desember 2010

Tragedi Manusia Dan Kemanusiaan

Semenjak Orde Baru lahir, kaum Kiri di Indonesia selalu menerima stigma yang
buruk dan kejam dari dituduh sebagai pemberontak, pengkhianat bangsa hingga
dicurigai sebagai tak bertuhan dan tak bermoral. Tuduhan itu terutama
dialamatkan sejak terjadinya Peristiwa Madiun hingga peristiwa G30S. Bukan
hanya iu, peranan kaum Kiri dalam sejarah pergerakan dan kemerdekaan
Indonesia juga dianihilasi dan dihilangkan. Propaganda dan stigmatisasi itu
menjadi semacam 'politik ingatan' yang terus dibangun dan dipupuk melalui
film-film, khutbah-khutbah agama, serta pernyataan-pernyataan penguasa dan
terjadi hingga kini. Pendeknya, menulis sejarah dari sudut pandang kaum Kiri
sendiri mengenai peristiwa-peristiwa tersebut adalah (di) haram (kan).
Karena itu, upaya untuk menyelidiki secara kritis dan berimbang atas
peristiwa-peristiwa tersebut dan implikasinya bagi negeri ini seperti
tertutup awan gelap.

Buku karangan MR Siregar, *Tragedi Manusia dan Kemanusiaan, *berupaya untuk
menyibak awan gelap tersebut. Ia berupaya membongkar tabir gelap dalam
Peristiwa Madiun hingga Peristiwa G 30 S, dimana ratusan ribu kaum komunis
dan mereka yang distigmakan sebagai komunis dibunuh, dibantai, dan
diperlakukan sebagai paria. Buku ini mencoba menelisik ulang beberapa
peristiwa yang mendahului lahirnya drama subuh 1 Oktober (G 30 S) itu di
antaranya adalah munculnya militer sebagai kekuatan dominan (dalam istilah
penulis buku ini militer menjadi "negara dalam negara") yang tampil di
bidang politik dan ekonomi di negeri ini.
Sebagai hasil akhir dari peristiwa G 30 S itu adalah lahirnya negara Orde
Baru yang bersifat fasis dan bercorak kapitalis. Bersifat fasis sebab Orde
Baru dibangun dengan cara-cara totaliter dan militeristik, dan bercorak  \nkapitalis sebab sejak saat itulah ekonomi Indonesia mulai diintegrasikan\u003cbr\>\ndengan kapitalisme internasional. Hasilnya, Orde Baru menjadi sebuah rejim\u003cbr\>\nyang korup, represif, dan eksploitatif terhadap lingkungan hidup dan\u003cbr\>\nkehidupan rakyatnya.\u003cbr\>\n\u003cbr\>\nTema-tema itulah yang menjadi pokok kajian dalam buku ini. Dengan kecermatan\u003cbr\>\ndan kekayaan data yang luar biasa, penulis buku ini membongkar aktor\u003cbr\>\nsesungguhnya dari peristiwa G 30 S, menyajikan berbagai dusta sejarah dan\u003cbr\>\nkekejaman Orde Baru, serta menelaah akibat-akibat struktural dan kultural\u003cbr\>\ndari lahirnya negara Orde Baru.\u003cbr\>\n\u003cbr\>\nJika dibaca bersama dengan buku yang lain, yaitu *Yang Berlawan: Membongkar\u003cbr\>\nTabir Pemalsuan Sejarah PKI, *karya Imam Soedjono (Resist Book: 2006), buku\u003cbr\>\n*Tragedi Manusia dan Kemanusiaan *ini dapat menjadi
 bacaan yang baik tentang\u003cbr\>\nseluk-beluk persitiwa G 30 S, sejarah kaum Kiri di Indonesia hingga lahirnya\u003cbr\>\nnegara Orde Baru. Kedua buku itu juga bersifat komplementatif satu sama\u003cbr\>\nlainnya. Jika dalam *Yang Berlawan, *kita disuguhi data tentang peranan\u003cbr\>\nhistoris kaum Kiri dan bagaimana mereka dihancurkan, sementara dalam *Tragedi\u003cbr\>\nManusia dan Kemanusiaan *kita akan dimanjakan oleh kekayaan data dan\u003cbr\>\nketajaman analisis tentang peristiwa G 30 S, dan peristiwa-peristiwa yang\u003cbr\>\nmenyelubunginya, yang terjadi jauh sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa\u003cbr\>\nitu.\u003cbr\>\n\u003cbr\>\nMengapa peristiwa 65-66 perlu terus dikaji? Karena, seturut ungkapan Ariel\u003cbr\>\nHeryanto, dari peristiwa 65-66-lah tonggak sejarah peradaban Indonesia mulai\u003cbr\>\nbergeser dan berubah. Disitulah kunci untuk memahami perubahan sosial,\u003cbr\>\npolitik, ekonomi dan kebudayaan yang terjadi pada Indonesia saat ini.
 Tak\u003cbr\>\nmungkin membicarakan Indonesia modern tanpa membicarakan tentang peristiwa\u003cbr\>\n65-66!.\u003cbr\>\n\u003cbr\>\nDaftar Isi :\u003cbr\>\n1.Pendahuluan\u003cbr\>\n2.Sejarah yang dipalsukan\u003cbr\>\n3.Yg sungguh2 takut kpd demokrasi dan jalan damai\u003cbr\>\n4.Angkatan darat : Negara dalam negara\u003cbr\>\n5.Drama subuh dan naiknya para jendral\u003cbr\>\n6.Dimensi holokaus dari tragedi ini",1] );  //-->  
kapitalis sebab sejak saat itulah ekonomi Indonesia mulai diintegrasikan
dengan kapitalisme internasional. Hasilnya, Orde Baru menjadi sebuah rejim
yang korup, represif, dan eksploitatif terhadap lingkungan hidup dan
kehidupan rakyatnya.
Tema-tema itulah yang menjadi pokok kajian dalam buku ini. Dengan kecermatan
dan kekayaan data yang luar biasa, penulis buku ini membongkar aktor
sesungguhnya dari peristiwa G 30 S, menyajikan berbagai dusta sejarah dan
kekejaman Orde Baru, serta menelaah akibat-akibat struktural dan kultural
dari lahirnya negara Orde Baru.
Jika dibaca bersama dengan buku yang lain, yaitu *Yang Berlawan: Membongkar
Tabir Pemalsuan Sejarah PKI, *karya Imam Soedjono (Resist Book: 2006), buku
*Tragedi Manusia dan Kemanusiaan *ini dapat menjadi bacaan yang baik tentang
seluk-beluk persitiwa G 30 S, sejarah kaum Kiri di Indonesia hingga lahirnya
negara Orde Baru. Kedua buku itu juga bersifat komplementatif satu sama
lainnya. Jika dalam *Yang Berlawan, *kita disuguhi data tentang peranan
historis kaum Kiri dan bagaimana mereka dihancurkan, sementara dalam *Tragedi
Manusia dan Kemanusiaan *kita akan dimanjakan oleh kekayaan data dan
ketajaman analisis tentang peristiwa G 30 S, dan peristiwa-peristiwa yang
menyelubunginya, yang terjadi jauh sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa
itu.
Mengapa peristiwa 65-66 perlu terus dikaji? Karena, seturut ungkapan Ariel
Heryanto, dari peristiwa 65-66-lah tonggak sejarah peradaban Indonesia mulai
bergeser dan berubah. Disitulah kunci untuk memahami perubahan sosial,
politik, ekonomi dan kebudayaan yang terjadi pada Indonesia saat ini. Tak
mungkin membicarakan Indonesia modern tanpa membicarakan tentang peristiwa
65-66!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOTAK ADUAN KOMENTAR