Tak ada yang menarik, jika Anda tidak merasa tertarik

Minggu, 17 April 2011

Semburan Lumpur Lapindo Brantas Hingga Tahun 2037

Lumpur Lapindo Sidoarjo - Lumpur panas lapindo, merupakan hasil sedimentasi yang naik ke atas (permukaan bumi) dari kedalaman 3000 – 4000 meter di bawah tanah. Di seluruh dunia kurang lebih telah terjadi sebanyak 700 kasus dengan 300 kasus terjadi di Azerbaijan, merupakan tanda-tanda adanya kandungan minyak bumi yang tinggi. Kasus terbesar (Azerbaijan) mencapai luasan dengan diameter 10km dan membentuk gunung baru. Kasus luapan lumpur panas Porong menjadi luar biasa karena terjadi di daerah pemukiman dan industry. Dampak lingkungan akibat luapan lumpur panas lapindo adalah terjadinya Perubahan wilayah dari wilayah persawahan dan pemukiman akan menjadi danau lumpur. Penurunan tanah sedalam 1 meter dan terus menurun dengan percepatan 1,5cm perhari. Luapan lumpur yang mengeluarkan material (lumpur dan air) yang dikeluarkan sebesar 126.000m3 perhari, dan tinggi semburan mencapai 15m dari atas permukaan tanah.

Semburan lapindo brantas akan terus memuntahkan gas yang mudah terbakar, seiring dengan semakin dalamnya danau lumpur yang terbentuk. Demikian dilaporkan dalam penelitian para ilmuwan dari Durham University, Inggris, seperti dilansir AFP, Jumat (25/2/2011).

Tekanan bawah tanah yang ada di bawah semburan, membuat lumpur akan terus disemburkan hingga tahun 2037 mendatang. Sementara itu, gas akan terus merembes melalui lumpur tersebut selama puluhan tahun bahkan hingga seabad mendatang.

“Perkiraan kami, akan memakan waktu selama 26 tahun bagi erupsi tersebut untuk turun ke level yang wajar, dan turun kondisinya menjadi gunung berapi (volcano) yang proses mendidihnya lambat,” terang Ketua Tim Peneliti, Richard Davies.

Semburan lumpur Lapindo terjadi pada 29 Mei 2006 dan belasan orang tewas. Pada puncaknya nanti, diperkirakan setiap harinya akan menyemburkan lumpur yang volumenya mencapai 40 kali volume air pada kolam renang olimpiade. Namun saat ini baru mencapai level empat kali lipat.

Semburan lumpur ini telah membanjiri 12 desa dengan kedalaman 15 meter. Sebanyak 42.000 warga setempat pun terpaksa mengungsi dari rumah mereka.

Penelitian yang dipimpin oleh profesor ilmu bumi pada Universitas Durham ini, dilakukan dengan menggunakan simulasi komputer. Simulasi ini didasarkan pada data-data dari dua sumur gas yang ada di wilayah yang sama, dan juga didasarkan pada data refleksi seismik yang menggambarkan struktur geologi pusat semburan.

“Di tengah-tengah danau ini terdapat sebuah lubang ventilasi selebar 50 meter. Selain itu, ada juga 166 lubang ventilasi lainnya yang muncul selama kurang lebih empat tahun terakhir. Lubang ventilasi ini telah muncul di pabrik, jalan, bahkan rumah warga. Beberapa dari lubang tersebut telah menyala menjadi api, menyusul adanya korban luka akibat api yang muncul,” jelas Davies.

Tenaga yang tersimpan dalam pusat semburan ini memang akan menjadi ancaman jangka panjang. Namun secara bertahap efek merusaknya akan berkurang.

“Anda tidak bisa kembali ke wilayah tersebut. Bahkan mungkin saja dampak volcano ini akan naik. Saya telah melihat kerusakan paling dramatis di wilayah ini. Namun ini bukanlah akhir, lubang ventilasi masih akan terus terbentuk,” ingatnya. Studi dimuat dalam Journal of the Geological Society di London.

Pemerintah Indonesia menyebut semburan lumpur akibat gempa yang terjadi beberapa hari sebelumnya di kawasan Yogyakarta, sekitar 280 km dari pusat semburan.

Namun sejumlah ahli di luar negeri menuding perusahaan pengeboran Lapindo Brantas yang gagal untuk memasang pipa pelindung di sumur mereka. Akibatnya, dari dalam sumur menyembur lumpur disertai gas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOTAK ADUAN KOMENTAR