Tak ada yang menarik, jika Anda tidak merasa tertarik

Rabu, 11 Mei 2011

SBY: Pertemuan Ini Mimpi Buruk Koruptor! (Konferensi Internasional Anti-suap)



Nusa Dua - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berbicara dalam 'Pemberantasan Praktik Penyuapan Pejabat Asing dalam Transaksi Bisnis Internasional' di Nusa Dua, Bali. SBY mengatakan pertemuan ini merupakan mimpi buruk bagi koruptor.

"Pertemuan ini benar-benar merupakan mimpi buruk bagi koruptor," tegas SBY saat memberikan sambutan di Konferensi Internasional yang dihadiri 35 delegasi negara di dunia di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Selasa (10/5/2011).

SBY menambahkan melawan korupsi sudah menjadi dasar dari pemerintahnya. "Hal ini karena memerangi korupsi bukan hanya perintah moral, tapi juga perintah demokrasi, politik, sosial dan ekonomi," ujarnya.

SBY menjelaskan bagaimana korupsi dan suap menyerang perekonomian, yang memakan biaya yang mahal di tingkat bawah. Dari mark up berbagai proyek, hingga membuat banyak perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra pada biaya produksinya, yang berefek pada harga barang di tingkat konsumen.

Di pemerintahan, uang yang digunakan untuk menyuap itu tidak digunakan untuk membangun jalan, sekolah dan rumah sakit.

"Dengan menutup mata pada penyuapan di sana sini, kita berkompromi pada kualitas hidup kita sendiri, orang tua kita dan anak-anak kita. Kita yang membayar harganya. Akhirnya, penyuapan merampok semua kemajuan dan ekonomi kita," ujar SBY.

Data dari Bank Dunia memperkirakan penyuapan mencapai 3 persen dari ekonomi dunia atau sekitar lebih dari US$ 1 triliun. Praktek penyuapan lazim dalam penggelapan pajak. Hal ini mempengaruhi sektor investasi, terutama investasi asing.

"Tapi lembaga penegak hukum tidak dibiarkan menganggur. 150 Perusahaan dan individual dari 10 negara sudah dituntut dengan penyuapan dan dihukum. Kini, sekitar 250 kasus dalam penyelidikan," jelas SBY.

Acara ini akan diisi pembicara dari organisasi antikorupsi di beberapa negara, seperti Afrika Selatan, Rusia, Malaysia dan negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan. Sejauh ini, ada 375 peserta yang tercatat di panitia dari 35 negara.

Peserta dari Indonesia juga tak kalah banyak. Mereka berasal dari kalangan akademisi, pengusaha, hingga para aktivis antikorupsi.


Sumber : www.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOTAK ADUAN KOMENTAR