Tak ada yang menarik, jika Anda tidak merasa tertarik

Sabtu, 21 Mei 2011

Kronologi Pemberian Uang oleh Nazaruddin kepada Sekjen MK


Jakarta - Ada kisah menarik saat uang 120 ribu Dollar Singapura dikembalikan Mahkamah Konstitusi (MK) kepada Bendahara Umum Partai Demokrat (PD) M Nazaruddin. Agar uang itu diterima dengan baik di rumah Nazaruddin, staf MK yang membawa uang itu menyebutkan kiriman untuk Nazaruddin itu sebagai paket buku. Bagaimana kronologinya?

Pertemuan Nazaruddin dengan Sekjen MK Janedjri M Gaffar yang berakhir dengan pemberian uang sebesar 120 ribu Dollar Singapura itu sudah dibeberkan Ketua MK Mahfud MD dalam jumpa pers bersama Presiden SBY di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (20/5/2011).

Mahfud memberikan keterangan detil tentang pemberian uang oleh Nazaruddin kepada Janedjri dan bagaimana uang itu kemudian dikembalikan MK kepada Nazaruddin. Tapi, seorang sumber detikcom menceritakan kisah pemberian uang itu lebih terperinci lagi. Menurut dia, pemberian uang itu terjadi pada Kamis, 23 September 2010 di Ranch Market, Kemang, Jakarta Selatan. Nazaruddin yang berinisiatif bertemu Janedjri.

Berikut kronologi secara lengkap:

Kamis, 23 September 2010

Pukul 17.00 WIB

Nazaruddin menghubungi Janedjri berkali-kali, meminta bertemu. Karena ditelepon terus, Janedjri mengiyakan pertemuan digelar di Ranch Market, Kemang pukul 22.00 WIB.

Pukul 22.30 WIB

Djanedri datang seorang diri ke Ranch Market. Sementara Nazaruddin sudah menunggu. Keduanya bertemu dan berbincang-bincang. Tak ada orang lain, selain keduanya dalam pertemuan itu. Tak ada pembicaraan serius. Tak ada pembicaraan kasus-kasus hukum atau proyek tertentu. Keduanya berbincang sebagaimana dua sahabat yang lama tak bertemu, sambil meneguk minuman yang disajikan di kafe di sebuah pusat perbelanjaan itu.

23.30 WIB

Pertemuan dua pejabat negara (Janedjri menjabat Sekjen MK dan Nazaruddin menjabat sebagai anggota DPR-Red) pun disudahi. Tak ada komitmen apa-apa di antara keduanya. Namun, yang mengejutkan Janedjri, tiba-tiba Nazaruddin memberikan amplop kepadanya.

"Ini buat Bapak Janed. Terima saja, untuk apa pun," kata Nazaruddin dengan ramah. Saat itu, Janedjri pun langsung merespons pemberian itu, "Saya tidak bisa menerima."

Nazaruddin tidak menggubris penolakan Janedjri dan berlalu keluar ruangan kafe tersebut. Janedjri sempat mengejar Nazaruddin dan menolak pemberian itu, tapi Nazaruddin tetap berlalu. "Sudah pak, terima saja, tidak enak dilihat orang. Assalamulaikum," kata Nazaruddin kepada Janedjri.

Jumat, 24 September 2010

Pada pagi hari, Janedjri mencoba menghubungi Nazaruddin untuk membicarakan pengembalian pemberian itu. Namun, saat itu, telepon genggam Nazaruddin tidak aktif.

Sabtu, 25 September 2010

Janedjri berhasil menghubungi Nazaruddin dan mengutarakan niatnya untuk mengembalikan pemberian itu. Nazaruddin mengaku sedang berada di daerah. Tapi, Nazaruddin saat itu kembali mengatakan, "Untuk apa pak dikembalikan. Terima saja!"

Senin, 27 September 2010

Karena tak berhasil mengembalikan pemberian itu, Janedjri pun melaporkan kasus ini kepada Mahfud MD pada Senin pagi. Janedjri menceritakan dengan detil dan membuat kronologi pertemuan dengan Nazaruddin kepada Mahfud. Lantas, Mahfud pun meminta agar pemberian Nazaruddin segera dikembalikan ke rumahnya.

Akhirnya, staf MK mencari di mana alamat rumah Nazaruddin. Dan akhirnya ketemu. Nazaruddin tinggal di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan. Selama menerima pemberian itu, Janedjri tidak pernah membuka isi amplop, meski dari awal sudah menduga bahwa amplop itu berisi uang.

Setelah itu, staf MK pun mengantarkan dua amplop itu, dengan sebelumnya dibungkus rapi, seakan-akan paket buku. "Jadi, dua amplop itu dibungkus lagi dan dikatakan sebagai kiriman buku saat diberikan kepada penjaga rumah," ujar sumber itu.

Staf MK meminta identitas penjaga rumah tersebut dan meminta tanda terima. Setelah menerima tanda terima, staf MK pun meminta supaya kiriman itu dibuka. Dua amplop tersebut ternyata berisi uang 120 ribu Dollar Singapura. Masing-masing amplop berisi 60 ribu Dollar Singapura.

Setelah pengembalian uang itu ke rumah Nazaruddin, hari-hari berikutnya tak ada kontak antara Janedjri dengan Nazaruddin. Sampai akhirnya, sepekan kemudian, Nazaruddin menelepon Janedjri. Saat itulah, Djanedri langsung menanyakan apakah uang yang dikembalikan sudah sampai. Saat itu, Nazaruddin mengaku sudah menerima uangnya dan menanyakan mengapa Janedjri mengembalikan pemberian itu. Padahal, menurut Nazaruddin, uang itu diberikan hanya sebagai tali persahabatan saja.

Kasus pemberian uang oleh Nazaruddin kepada Janedjri sudah disampaikan Mahfud MD kepada SBY, sebagai Dewan Pembina Partai Demokrat. SBY menyambut laporan itu dan menindaklanjutinya. Sementara Nazaruddin membantah telah memberikan uang kepada Janedjri dan menganggap hal ini sebagai fitnah.


sumber.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOTAK ADUAN KOMENTAR